Jakarta- Wakil Ketua MPR RI H. Yandri Susanto S. Pt., menegaskan, tugas umat Islam mengentaskan buta aksara Al Qur’an masih jauh dari kata berhasil. Bahkan, beban yang harus dipikul untuk mengenalkan Al Qur’an kepada seluruh umat Muslim semakin berat. Saat ini jumlah umat Islam yang buta huruf Al Qur’an masih sangat besar. Berdasar data dari Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta, sebanyak 72% dari jumlah umat Islam belum melek huruf Al Qur’an. Jumlah itu lebih besar dibanding data BPS yang mengatakan bahwa pada 2018, umat Islam yang buta huruf Al Qur’an mencapai 53,57%.
Karena itu, dibutuhkan langkah besar yang dilakukan secara bersama-sama, atau gerakan bergotong royong dalam mengentaskan buta aksara Al Qur’an. Gerakan ini harus bisa menggerakkan seluruh kalangan, agar berkontribusi dalam menyebarluaskan dan mengajarkan Al Qur’an. Bukan semata, dilakukan dan menjadi tanggungjawab ulama, ustad maupun guru ngaji saja.
“Pemerintah, anggota DPR, para pengusaha dan guru ngaji, bahu membahu terlibat dalam kegiatan gotong royong mengentaskan buta aksara Al Qur’an. Kita tidak bisa menyerahkan tanggung jawab kepada para ustad dan guru ngaji saja, tetapi semua harus terlibat. Karena persoalan ini hanya akan selesai jika dilakukan secara bergotong royong dari seluruh kalangan,” kata Yandri Susanto menambahkan.
Peringatan itu disampaikan Yandri Susanto saat memberikan pengarahan dan Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada pengurus juga anggota Forum Komunikasi Pendidikan Al Qur’an (FKPQ), Provinsi Banten. Acara tersebut berlangsung di Nunia Tamansari Hotel, Kota Serang, Banten Selasa (8/3/2023).
Ikut hadir pada acara tersebut Ketua FKPQ Nasioal, Dr. H. Syaefudin Zuhri, Kabid Pakis Kanwil Kanwil Depag Provinsi Banten Dr. Icep Muhi, Ketua DMI Banten H. Rasna Dahlan, serta perwakilan Walikota Serang Subagyo.
Pemerintah, menurut Yandri patut mendukung gerakan pemasyarakatan Al Qur’an, dengan mengeluarkan peraturan yang mendukung. Karena dengan adanya aturan, dimungkinkan juga adanya bantuan dana, baik dari sumber pusat maupun daerah.
“Gerakan ini juga termasuk dalam delapan asnaf penerima manfaat zakat. Karena itu, lembaga seperti BAZNAS sudah waktunya mendukung gerakan ini. Semua harus terlibat, minimal bisa dilakukan di Kota atau Kabupaten Serang sebagai percontohan,” ungkap Anggota Komisi VIII DPR RI ini.
Para pengusaha, kata Yandri semestinya juga bisa terlibat dengan aktif dalam gerakan gotong royong ini. Mereka bisa membantu pengadaan Al Qur’an, atau memberikan kesejahteraan para guru ngaji. Jangan sampai, anak-anak mereka ternyata tidak bisa ngaji, karena tidak ada guru ngaji disekitar rumahnya.
“Jumlah guru ngaji harus ditambah, agar mereka tersedia disemua tempat. Dan jangan menyalahkan mereka yang masih buta huruf Al Qur’an, karena bisa jadi bukan karena mereka malas, tapi belum ada kesempatan,” kata Yandri menambahkan.
Yandri berharap gerakan gotong royong mengentaskan buta aksara Al Qur’an, ini bisa segera terlaksana, sehingga mampu mencegah ambruknya bangsa Indonesia. Apalagi, pertanda bakal ambruknya bangsa Indonesia makin nyata. Yaitu dengan semakin bobroknya mentalitas masyarakat. Seperti makin senang terhadap mabuk-mabukan dan narkotika, dibanding belajar mengaji atau melaksanakan salat.