Setiap kesempatan mengajar anak-anak, bagi saya merupakan kesempatan juga untuk belajar. Menyapa mereka, menyampaikan materi dan mengamati perilaku mereka merupakan kegiatan yang amat sangat menyenangkan.
Meski tidak selalu menyenangkan setiap saat. Tapi dengan rasa syukur rasanya pekerjaan ini (menjadi guru) sangat saya nikmati.
Satu waktu, ada anak murid saya yang mencoba berbohong. Ia melempar sesuatu kepada temannya, lemparan pulpen tersebut mengenai kepala teman perempuannya. Saya melihat lemparan itu dan memanggil anak murid laki-laki tersebut.
Saya tanya, kenapa kamu melemparkan pulpen itu, dia menjawab, saya tidak melemparnya pak. Seolah saya tidak melihatnya, padahal saya tahu dia melempar, akhirnya saya tanya lagi kenapa kamu melempar hanya kepada dia (teman perempuannya), tidak kepada yang lain. Anak murid saya yang laki laki itu masih juga tidak mengakui.
Akhirnya saya coba pertanyaan yang sedikit dengan nada tinggi untuk menginterogasi, dia pun mengakui. Saya bilang kenapa kamu tadi jawab tidak melempar, kamu ingin berbohong ya, pertanyaan itu saya lempar kepada murid saya itu.
Setelah dia mengakui, saya kemudian menasehati, anaku… sepandai-pandainya tupai melompat pasti dia jatuh juga, sepandai-pandainya kamu menyimpan kebohongan suatu saat kamu akan ketahuan juga.
Perilaku yang mencerminkan sikap tidak bertanggung jawab itu, saya memaknainya sebagai PR bagi saya sebagai seorang pendidik dan juga sebagai orang tua bagi anak saya. Agar anak-anak memahami nilai-nilai kejujuran yang sangat agung itu.
Betapa berharganya sebuah kejujuran, sampai-sampai dewasa ini sangat dibutuhkan orang dengan perilaku kejujurannya.
Kejujuran adalah nilai yang luhur, yang seharusnya dimiliki oleh kita sebagi seorang yang hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Berbohong selalu menawarkan kebohongan berikutnya. Tapi pada akhirnya ketahuan juga.
Sampai suatu waktu kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri, lambat laun tapi pasti. Kebohongan tidak bisa menjamin keselamatan.
hasbi mahpud