Jakarta,- Wakil Ketua MPR-RI Dr H. M. Hidayat Nur Wahid MA, menerima kunjungan Dewan Pengurus Pusat Forum Ulama dan Habaib (FUHAB) pimpinan K.H. M. Lutfi Zawawi dan Habib Abdullah bin Husin Al-Attas. Kunjungan dilakukan dalam rangka Silaturahim, Halal Bi Halal dan menyampaikan aspirasi. HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid mengapresiasi kunjungan tersebut sebagai bukti adanya pertalian erat antara unsur keumatan dengan unsur kebangsaan.
“Kedatangan para Ulama dan Habaib ke ruang kerja kami di MPR-RI, menegaskan kembali bahwa Indonesia sejak dulu merupakan kebersamaan antara pimpinan bangsa dengan para Ulama dan Habaib, sehingga seharusnya selalu dijaga, dan tidak dipecah-belah. Misalnya dengan narasi yang memisahkan antara identitas kebangsaan dengan identitas keagamaan,” ujar Hidayat pasca menerima kunjungan FUHAB di ruang kerja Wakil Ketua MPR-RI, Selasa (24/5/2022).
Karenanya HNW juga menyambut baik dan siap hadir memenuhi undangan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan yang akan diselenggarakan oleh FUHAB kepada para Ulama dan Habaib se-Indonesia. Apalagi yang diminta oleh FUHAB adalah agar dilakukan sosialisasi 4 Pilar MPR-RI yang menandakan keinginan kuat dari FUHAB agar para kader dan pimpinan Ulama dan Habaib semakin memahami dan mencintai 4 pilar MPR-RI yaitu ; Pancasila, UUDNRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Dalam perjuangan hadirkan Indonesia Merdeka, bersama para Bapak Bangsa lainnya, di sana juga ada peran Ulama dan Habaib. Mereka berjihad, ijtihad, mujahadah, tadhiyyah(berkorban) dan berikan hadiah sepakati dasar negara Pancasila, UUD 45, bentuk negara sebagai NKRI dllnya. Mereka menciptakan lagu perjuangan “Indonesia Merdeka” yang diciptakan oleh seorang Habaib yakni Habib Husein Mutahar, mengeluarkan Fatwa dan Amanat Jihad untuk selamatkan Indonesia Merdeka, juga bersama TNI selamatkan Indonesia dari pemberontakan oleh PKI,” lanjutnya.
Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini mendukung para Ulama dan Habaib yang sudah berhimpun dalam wadah organisasi seperti FUHAB, untuk semakin aktif mengkaji dan menjelaskan fakta menyejarah soal keterkaitan antara keislaman dengan keindonesiaan tersebut kepada Umat dan Bangsa.
“Jangan sampai perjalanan sejarah bangsa dibelokkan sehingga terjadilah Indonesiaphobia, karena umat mengira bahwa Indonesia adalah negara pemberian penjajah yang sekuler dan di sana tidak ada peran Ulama dan Habaib, sehingga layaknya hanya dijauhi atau dimusuhi oleh Umat,” sambungnya.
Namun juga mengingatkan agar tidak terjadi Islamophobia, salah paham tentang Islam dan Umat Islam di Indonesia, karena mengira Ulama, Habaib dan Umat Islam hanya layak dicurigai dan tidak diberi peran berarti. Dengan anggapan Ulama, Habaib dan Umat Islam tidak mempunyai peran penting dalam perjuangan hadirkan dan selamatkan negara Indonesia Merdeka.
“Padahal bersama seluruh komponen pejuang bangsa, Ulama, Habaib dan Umat sudah banyak berkontribusi dan berjasa untuk Indonesia,” ungkapnya.
“Inilah pentingnya kita jalin bersama baik yang berkecimpung di dunia politik seperti DPR-MPR maupun di kemasyarakatan seperti FUHAB, agar terus mengingatkan Umat dan bangsa, aparat dan rakyat, agar bisa lanjutkan dan jaga warisan perjuangan kebersamaan dan para Ulama dan Habaib pendiri dan penyelamat Bangsa dan NKRI. Agar NKRI dapat selamat dan maju sejahtera, hingga dapat dibanggakan saat diwariskan kepada generasi-generasj berikutnya,” pungkasnya.