Gresik – Wakil Ketua MPR Dr. Jazilul Fawaid, SQ, MA mengingatkan bahwa hadirnya generasi muda termasuk para santri dalam perjalanan sejarah bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata. Kiprah pemuda terutama di era perjuangan, bahkan menjadi salah satu faktor utama penentu tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Di antaranya peristiwa fenomenal Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang digagas, dan dilaksanakan oleh pemuda dari berbagai daerah, berhasil meletakkan dasar persatuan dan kebhinnekaan bangsa. Contoh lainnya, dua tokoh proklamator yakni Bung Karno dan Bung Hatta dan beberapa pahlawan nasional memulai perjuangannya saat masih di usia muda.
“Dengan situasi serta kondisi yang serba sederhana dan terbatas, mereka mampu membawa bangsa ini menjadi negara berdaulat lalu mewariskannya kepada generasi sekarang untuk dinikmati,” katanya, dalam acara Halal Bihalal Iedul Fitri 1442 H dan Sosialisasi Empat Pilar MPR, di Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadin, Dusun Sidorukun, Kecamatan Sidayu, Gresik, Jawa Timur, Senin (7/6/2021).
Hadir dalam acara tersebut Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik Kiai Muhammad Halim, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para pengajar, santri serta masyarakat sekitar sebagai peserta.
Semestinya, lanjut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang biasa disapa Gus Jazil ini, pemuda-pemuda masa kini lebih bersemangat dan lebih hebat lagi berjuang dalam mengisi kemerdekaan dibanding para pahlawan bangsa dahulu. Apalagi, mereka didukung kecanggihan teknologi digital seperti telepon pintar, internet, dan sebagainya.
“Tapi, harus diakui semakin modern jamannya, semakin besar dan kompleks tantangan yang harus dihadapi para pemuda. Untuk menjawab itu, Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang hanya bisa didapat melalui sistem dan lembaga pendidikan berkualitas,” ujarnya.
Gus Jazil sendiri berpendapat untuk mencetak para santri atau anak didik menjadi manusia Indonesia unggul, mereka harus dibekali dengan empat ilmu yakni, Pertama, Ilmu Etika “Etika sangat penting, jangan sampai anak mendapatkan ilmu pengetahuan yang bagus tapi minim etika. Ilmu agama adalah salah satu bagian dari ilmu etika yang mengajarkan kepada anak bagaimana cara bergaul dengan Allah SWT Tuhan Semesta Alam dan bagaimana cara bergaul dengan sesama,” tambahnya.
Kedua, Ilmu Matematika atau menghitung. Ketiga, Ilmu Bahasa. Pengetahuan bahasa sangat dibutuhkan, minimal anak didik mesti menguasai empat bahasa yaitu bahasa ibu, bahasa nasional dan dua bahasa asing. Keempat, Ilmu Logika atau Filsafat. Ilmu ini mesti diajarkan. Sebab, jika anak didik di masa depan menjadi pemimpin atau menduduki posisi strategis lainnya, ia akan mampu membuat berbagai keputusan yang bijak sebab, sudah terbiasa diajari berpikir baik saat menempuh pendidikan.
Melihat luarbiasanya peran pemuda saat ini dalam menjaga dan merawat serta mengisi kemerdekaan warisan para pendiri bangsa, Gus Jazil mengajak lembaga-lembaga pendidikan baik negeri dan swasta termasuk ponpes agar memasukkan empat ilmu tersebut dalam kurikulum kegiatan belajar mengajarnya, demi masa depan negara.