JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan naiknya posisi Indonesia oleh Bank Dunia (World Bank) dari Negara Berpendapatan Menengah Bawah (lower middle income) menjadi Negara Berpendapatan Menengah Atas (upper middle income), menunjukan betapa kuatnya kelas menengah di Indonesia. Bank Dunia juga mencatat, jumlah penduduk kelas menengah Indonesia saat ini mencapai 52 juta jiwa (20 persen dari total penduduk) dengan rata-rata pengeluaran mencapai Rp 6 juta per orang per bulan.
“Ditambah potensi 115 juta penduduk yang bisa naik menjadi kelas menengah pada tahun 2020 ini. Semakin meningkatnya jumlah kelas menengah, semakin membuka potensi industri kustom otomotif dan konsumen bagi industri berbasis hoby. Mengingat pola konsumsi mereka selalu mengutamakan pengalaman. Kebutuhan menyalurkan hobi seperti otomotif, bagi penduduk kelas menengah, baik di dalam maupun di luar negeri adalah sebuah keniscayaan agar mereka terhindar dari stress akibat beban kerja dan rutinitas harian,” ujar Bamsoet dalam acara Ngobrol Santai (Ngobras) tentang Industri Kustom Indonesia, bersama komunitas Motoran Tugeder, di kawasan Lebak Bulus Jakarta Selatan, Sabtu (25/7/20).
Mantan Ketua DPR RI ini menjelaskan, kelas menengahlah yang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Sejak tahun 2002, konsumsi mereka selalu tumbuh 12 persen. Keberadaan industri modifikasi otomotif yang melayani hobi para kelas menengah, disisi lainnya juga akan menggerakan para pelaku UMKM sebagai pemasok barang-barang yang dibutuhkan. Seperti knalpot, jaket, dan berbagai aksesoris lainnya.
“Semakin aktif komunitas motor melakukan riding, semakin aktif pula roda perputaran ekonomi masyarakat. Khususnya di bidang kuliner dan pakaian. Karena usai menuntaskan hobi motoran, mereka biasanya lanjut nongkrong di tempat makan, menghabiskan waktu saling bercanda dan berbagai cerita,” urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, selama kreatifitas dan ide tak pernah mati dalam kepala, selama itu pula masa depan para pelaku usaha industri modifikasi otomotif akan hidup. Terpenting, keberadaan komunitas motor tak boleh semata untuk ajang gagah-gagahan. Melainkan juga harus diarahkan sebagai kekuatan sosial dan ekonomi.
“Bergabung dengan komunitas motor, merupakan kesempatan untuk memperluas jaringan persahabatan sekaligus membuka berbagai kesempatan peluang usaha. Melalui motoran, para bikers juga bisa membawa banyak pesan-pesan kebangsaan. Seperti tak pernah meninggalkan teman, bergotongroyong mencapai tujuan, hingga solidaritas dalam memecahkan persoalan,” pungkas Bamsoet. (*)